Jumat, 22 Februari 2013

Konsep Tuhan Dalam Agama Buddha


                       
 Oleh: Ade Setiawan/ushuluddin. P.A.
    Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama-Agama Dunia
 Yang  Diampu Oleh: Syd. H.Syamsul Hadi untung.MA.MLS


A.    Pendahuluan
Agama merupan pandangan utama dan pandangan hidup (worldview) bagi kehidupan manusia, ajaran dan konsep utama dalam agama adalah keyakinan akan adanya tuhan yang menciptakan segalanya yang di sebut dengan tauhid(aqidah).namun ajaran tentang tuhan pada suatu agama berbeda satu agama dengan agama lainnya, seperti halnya konsep tuhan menurut agama islam berbeda dengan konsep tuhan dalam agama Buddha,  konsep tuhan dalm agama nasroni(kristen), konsep tuhan dalam agama yahudi dan konsep tuhan dalam agama lainnya saling berbeda. Namun tuhan menciptakan manusia dan segala sesuatunya tidak melaikan kecuali hanya untuk menyembah dan taat kepadanya dan inti atau yang paling utama dalam semua dari ajaran agama adalah keyakinanya kepada tuhan. Dan pada kesempatan makalah ini, akan membahas tentang konsep tuhan dalam agama Buddha.
Agama Buddha tumbuh dan berkembang di india pada abad ke-6 sebelum masehi didirikan oleh Sinddharta Gautama. Sinddharta adalah anak seorang raja yang bernama suddhudana yang memerintah suku syakiya dari kapilawestu india dan ibunya bernama maya.[1] Buddha sebenarnya bukanlah nama bagi seseorang, tetapi sebutan yang diberikan kepada orang yang telah mencapai”bodhi” yaitu ilmu pengetahuan yang tinggi dan sempurna, yang telah mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dari kekangan karma.dan sindharta dianggap telah mendapatkan tersebut maka sindharta Gautama telah mencapai bodhi dan disebut sebagai Buddha. Serta menyebarkan ajarannya yang pertama di india dan berkembang dan banyak pengikutnya sehingga agama Buddha tersebar sampai ke Negara lain termasuk di Indonesia dan Negara asia lainnya.


   

B.     pembahasan

Pada umumnya bila orang membicarakan tentang agama yang di bicarakan meski tentang keyakinan kepada tuhan, bahkan kepercayaan atau keyakinan kepada tuhan yang maha kuasa itu di jadikan pandangan pertama.Akan tetapi kupasan kepercayaan kepada tuhan dalam agama Buddha jarang sekali di kemukakan.
Perlu di tekankan bahwa di dalam ajaran Buddha yang sesungguhnya (aslinya) sang Buddha Sidharta Gautama bukanlah tuhan melainkan hanyalah seorang guru, juru pandu bagi manusia. Konsep ketuhanan dalam agama buddha berbeda dengan konsep dalam agama samawi dimana alam semesta diciptakan oleh tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan tuhan yang kekal,[2] tetapi konsep didalam agama Buddha bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan, melainkan karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk  mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa-dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran serta realitas sebenar-benarnya.[3] Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tipitaka, maka bukan hanya konsep ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan keselamatan atau kebebasan.
Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan tuhan sang pencipta atau bergantung kepada tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama  adalah pembingbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana ) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan cara-cara menyembah kepada tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam wejangannya kadang-kadang menyebut tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi islam mengatakan agama Buddha sebagai ajaran moral belaka.jika diperhatikan dalam perkataan atau khotbah-khotbah Buddha Gautama dan soal jawabnya dengan kelima temannya di Benares, ia tidak percaya kepada tuhan-tuhan yang banyak, dewa-dewa, dan berhala-berhala yang dipuja dan disembah sepertihalnya dalam agama hindu, bahkan penyembahan demikian dicela dalam ajaran  Buddha dan oleh sang Buddha Gautama itu sendiri. Akan tetapi ketuhanan brahma, tetap di akui oleh buddha sidharta Gautama, ia tetap mengakui brahma sebagai tuhannya.
Dalam salah satu ucapannya Buddha Gautama pernah mengatakan: “biarkan tuhan menjadikan segala sesuatu, dan manusia hendaklah memelihara kesucian ciptaan tuhan, kesucian yang sempurna itulah dia tuhan. Kesucian demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia” dan didalam kitab tipitaka ia juga mengatakan:[4] “ketahuilah para bikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para bikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.[5] Ungkapan di atas adalah pernyataandari sang Buddha yang terdapat dalam sutta pitaka, udana VIII : 3, yang merupakan konsep ketuhanan yang maha esa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang maha esa dalam bahasa pali adalah Atthi Ajatan Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya : “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelma, tidak diciptakan dan yang mutlak”. Dalam hal ini, ketuhanan yang maha esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya yang mutlak, yang tidak berkondisi(asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Dengan membaca konsep ketuhanan yang maha esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.
Oleh karena ajarannya yg tentang ketuhanan yang tidak bekitu banyak diuraikan dan di jelaskan , maka sepeninggalan Buddha, patung Buddha sendiri telah menjadi sembahan yang utama bahkan juga sisa peninggalannya seperti abu mayatnya, potongan kukunya, rambutnya yang tersimpan dalam stupapun telah dipuja dan disembah. Padahal Buddha Gautama mencela penyembahan kepada patung dan berhala tetapi penganut Buddha sendiri sepeninggalannya telah menempatkan patung-patungnya didalam candi, kuil dan stupa untuk disembah.[6]
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Buddha Gautama sendiri tetap menuhankan brahma semata, ia tidak menyakini ketuhanan yang lain hanya Buddha Sidharta Gautama tidak menjelaskan dan menerangkan tentang dasar-dasar bagaimana cara beriman dan menyembah kepada tuhan dalam agamanya.


C.    Penutup

Dengan keterangan pembahasan di atas Bahwasannya konsep ketuhanan dalam agama Buddha sangat berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama lain, yang bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari, melainkan karena hokum dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan batuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa dewi yang dapat membantu hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai dan Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran serta realitas sebenar-benarnya seperti halnya yang telah di ucapkan oleh budddha Gautama : “biarkan tuhan menjadikan segala sesuatu dan manusia hendaklah memelihara kesucian yang sempurna itulah dia tuhan, kesucian yang demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia. Dan apa yang tertulis dikitab sutta pitaka agama Buddha:”bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan, dari sebab yang lalu tetapi karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu dan untuk mendapatkan kebebasan dari lingkaran kehidupan dengan cara bermeditasi.
Dan sang Buddha Gautama sendiri tidak banyak menerangkan dan menjelaskan dan mengajarkan tentang ketuhanan tapi dalam wacananya kadang-kadang Buddha Gautama menuhankan brahma semata.





[1] K.H agus hakim, perbandingan agama,(bandung: cv diponegoro,1985), hlm.87.
[2] Adjiddan Noor, Budhisme, hlm. 13.
[3] K.H agus hakim, perbandingan agama,(bandung: cv diponegoro,1985), hal.170.

[4] Kitab suci sutta pitaka

[5] Kitab suci sutta pitaka, udana VIII: 3

[6] DRS. Jirhanuddin. M.ag, perbandingan agama, (palang karaya, pustaka pelajar,2010), hal.95.

8 komentar:

Namaste, salam kenal
Buddha Gotama menolak anggapan Brahma sebagai Tuhan,
Buddha menjelaskan bahwa brahwa adalah salah satu dewa yang salah menganggap dirinya sebagai pencipta,
anda bisa membaca tentang ketuhanan dalam agama Buddha dalam buku: Ketuhanan dalam Agama Buddha, karya Upasaka Saccako, Penerbit Dian Dharma
trims

Wah, anda kurang referensi membuat hipotesis anda. Sebaiknya anda baca lagi konsep tentang ketuhanan dalam agama Buddha. Benar kata Kusala Ivan, Buddha menolak paham Brahma sebagai pencipta. Rujukannya ada di kitab Sutta Pitaka bagian Digha Nikaya tentang Brahmajala Sutta, kesalahpahaman tentang Brahma sebagai pencipta.

Agama Buddha jg tidak mengajarkan patung2 Buddha utk disembah. Patung itu hanya lambang sbg pengingat akan kebajikan beliau. Umat Buddha memuja kesempurnaan Beliau sebagai seorang guru yang bijaksana, bukan patungnya. Dan tidak pernah meminta2 berkah pada patung itu sebagaimana tradisi pada penyembahan terhadap sesuatu. Ini jelas beda!

siddharta gautama mempunyai ayah bernama Śuddhodana yang memiliki seorang istri bernama yasodara dan seorang anak bernama rahula(belenggu) yang tersadarkan oleh 4 peristiwa yaitu ia melihat orang tua, sakit, meninggal, dan para pertapa. Setelah melihat 4 peristiwa itu, dia memutuskan untuk menjadi seorang bhikkhu dan meninggalkan harta kekayaan dan keluarganya. Awalnya siddharta mengikuti jalan yang salah dengan cara menyiksa diri dengan kelima teman bhikkhu lainnya yang bernama bhaddiya, mahanama, assaji, kondana, dan vappa. Suatu ketika, sewaktu siddharta melakukan metode puasa tidak makan dan minum sampai badannya tidak kuat sehingga menyebabkannya pingsan. Untungnya, ada seorang penggembala kambing yang lewat dan membantu siddharta dengan memberikan semangkuk susu kambing. Setelah tersadar dirinya terselamatkan oleh susu kambing itu, ia berterima kasih kepada si penggembala itu. Setelah itu, ia tetap melanjutkan meditasi menyiksa dirinya itu lagi. Sewaktu senja, dia mendengar sekelompok gadis yang menyanyikan lagu "Bila senar kecapi terlalu kendur, bunyinya sumbang, saat terlalu kencang, senarnya akan mudah putus. Hanya senar yang tidak kendur ataupun kencang yang akan menghasilkan bunyi yang indah.”
Setelah mendengar nyanyian tersebut, siddharta sadar bahwa dia terlalu menarik senar kehidupannya. Oleh sebab itu, siddharta meninggalkan cara buruk yang dijalaninya itu dan mengajak keempat pertapa temannya untuk berganti metode menjadi yang benar. Tetapi, mereka menolak keras sehingga terpaksa siddharta meninggalkan mereka tanpa memaksakan kemauan mereka. Kemudian siddharta belajar dari kedua guru yang bernama alara kalama dan uddaka ramaputra. Setelah belajar dari kedua guru itu, ia sadar bahwa pelajaran tersebut tidak dapat membawa kebebasan dari penderitaan, dan kemudian ia pergi menuju hutan Uruvela untuk bertapa dan merenungkan cara untuk membebaskan diri dari penderitaan. Di hutan itu terjadi berbagai peristiwa yang mencoba mengusik dan menggoyahkan batin siddharta. Tetapi, ia tetap teguh untuk mencapai penerangan sempurna yang akhirnya membuat raja setan(mara) turun tangan agar bisa menggoyahkan batin siddharta. Berbagai cara sudah di coba oleh mara, tetapi siddharta tidak bergeming dari tempat ia duduk bermeditasi. Dari hujan meteor hingga badai topan tidak menggoyahkan siddharta gautama. Kejadian-kejadian itu secara ajaib berubah menjadi sesuatu yang tidak menyakitkan sama sekali seperti bunga-bunga dan dedaunan. Cara terakhir yang digunakan mara adalah menurunkan 3 putrinya untuk menggoda siddharta. Tetapi, siddharta tetap tidak bergeming dan membuat mara putus asa dan meninggalkannya. Setelah kejadian itu, siddharta mencapai penerangan sempurna dan kemudian mengajarkan ilmu" yang didapatnya kepada kepada kelima teman pertapa pertamanya yang kemudian disebut Dhammacakkappavattana Sutta yang berarti perputaran roda dhamma yang pertama kali dibabarkan kepada kondana,mahanama,bhaddhiya,vappa,dan asajji. Inti khotbah pertamany adalah empat kesunyataan mulia(cattari ariya saccani). Yang kemudian dilanjutkannya dengan membabarkan dhamma kepada keluarganya dan orang-orang di istana. Yang kemudian tercipta nama bhikkhuni untuk para wanita dan bhikkhu untuk pria yang berguru kepada siddharta gautama. Setelah itu, banyak peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dijelaskan satu demi satu, namun kebijaksanaan sang buddha tetaplah menjadi panutan bagi seluruh umat buddha :)
Jika ada orang lain menghina, biarkanlah dia berkoar dan anggaplah itu adalah sebuah cobaan serta biarkan dia menerima dosa/karma buruk akibat perbuatannya itu sendiri :3
Seperti sebuah pepatah :
Seperti sebuah lembing, dilempar akan balik kepada dirinya lagi :3
yang lebih sering dikenal :
Janganlah berbuat kejahatan
Perbanyaklah perbuatan baik
Sucikan hati dan pikiran
Inilah ajaran para Buddha :3

#udh kea curhat yh :P

Berkemungkinan Sidharta Gautama adalah Nabi Allah juga tapi kenapa ajarannya jauh berbeda dengan ajaran Nabi Muhammad, SAW (baik dari segi tauhidnya maupun syariatnya)? Karena kitab suci agama Budha ditulis pengikutnya setelah 400 tahun lebih setelah Sidharta Gautama meninggal dunia. Kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad diutus Allah sudah banyak bercampur dengan tulisan tangan manusia, jadi ada yang Firman Tuhan atau Sabda Nabi dan ada pula yang bukan Firman Tuhan atau bukan sabda nabi mereka masing-masing. Dalilnya sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi : “Dan diantara mereka ada yang buta huruf tidak mengetahui kitab kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.”“Sungguh celakalah orang-orang yang menulis al-kitab dengan tangan mereka, lalu mereka katakan: “Ini adalah dari Allah.” (mereka lakukan itu) untuk mencari keuntungan sedikit. Sungguh celakalah mereka karena aktivitas mereka menulis kitab-kitab (yang mereka katakan dari Allah itu), dan sungguh celakalah mereka akibat tindakan mereka.” (QS Al-Baqarah : 78-79) Contoh kalau seandainya ada ajaran Budha yang asli maka Sidharta Gautama sendiri akan menyuruh umatnya untuk beriman kepada Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir karena ajaran nabi terdahulu khusus untuk bangsanya saja bukan untuk seluruh umat manusia di dunia dan terbatas waktunya hanya sampai kedatangan nabi Muhammad yang diutus Allah sebagai rahmat bagi semua alam. Kalau manusia tidak beriman kepada Nabi Muhammad apa risikonya? Nabi Muhammad, Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah mendengar tentang aku seseorang dari umat manusia ini, baik dia Yahudi maupun Nashrani, lalu dia tidak mengimani risalah yang aku bawa, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (HR.Muslim). Jadi semua manusia yang telah mengetahui adanya agama Islam sedangkan dia cuek-cuek saja tidak mau mempelajari dan mengetahui kebenaran Islam yang terdapat pada kitab suci Al-Qur’an serta tidak mau masuk Islam maka manusia tersebut pasti masuk api neraka di akhirat kelak.

saya sedang bingung dan tertarik mendapat jawaban juga. walau saya telah membaca berbagai buku mengenai buddha , inti buddha, akhir dari jalan kehidupan ini. namun masih timbul banyak pertanyaan.

Mungkin ini ialah yang sering disebut dengan "keakuan"
ada salah tolong dikomen. hehe :)

dan ada info pribadi menurut saya.

saling berbagi bertukar untuk menjadi lebih baik

jalan-tuhan00.blogspot.com

Buddha Gautama menuhankan Brahma? Apa maksud penulis menuhankan Brahma? Anda menulis konsep konsep ketuhanan ditinjau dari Sutta tapi anda tidak dapat menangkap apa yang anda tulis, Seperti halnya sendok yang digunakan untuk menyendok makanan yang mana sendok selamanya tidak mengetahui rasa makanan tsb.

Semoga semua mahluk berbahagia

Penulis... Sangat salah kaprah. Dalam ajaran buddha di jelaskan.. Bahea JIKA ADA SOSOK SANG MAHA PENCIPTA.. maka perbuatan manusia jahat dan manusia baik yang menanggung harusnya ya Tuhan. Bukan manusia. Manusia kan hanya ciptaan.
Buddha tidak mengajarkan adanya sang maha Pencipta dan sang Maha pengatur.

Manusia dan alam semeata menjadi ada akibat hukum Alam. Itu saja. Dan hukum alam selalu berubah. Hancur tumbuh lagi begitu seterusnya.

Berdebat bagaimanapun, saya percaya dengan keberadaan Tuhan meskipun konsepnya sangat berbeda dibandingkan agama-agama lain.

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More