Dalam kondisi seperti
ini, beberapa orang tentara muslim berbicang-bincang di antara mereka. Salah
seorang dari mereka berkata, “Semoga Rasul sedang memikirkan jalan keluar.
Kelaparan ini bisa menyebabkan sebagian dari kita akan
menyerah.”
Yang lain menjawab,
“Kelaparan dan kehausan merupakan hal yang lumrah dalam perang. Tetapi benar
seperti katamu, kali ini kondisi kita amatlah berbeda, sudah tentu Rasul
memikirkan jalan keluar. Namun, alangkah baiknya kita bersabar dan tidak
meninggalkan Rasul sendirian dalam masa yang amat genting
ini.”
Di satu tempat yang tak
jauh dari medan perang, di padang yang penuh dengan kehijauan dan keindahan,
seorang penggembala Yahudi membawa kambing-kambingnya keluar untuk makan. Selama
beberapa waktu, dia telah mendengar hakikat Islam yang membuat hati dan jiwa
penggembala muda ini dipenuhi oleh panggilan Islam. Penggembala Yahudi itu
berkata kepada dirinya sendiri, “Akhirnya sebagian orang yang keras kepala
membuat perang ini terpaksa terjadi. Tetapi mungkin justru saat ini waktu yang
tepat bagiku untuk menemui Rasul dan mendengarkan hakikat agama ini dari
kata-katanya sendiri.”
Sejenak penggembala muda
ragu-ragu, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah masuk akal baginya jika
dia pergi ke tengah-tengah pasukan Islam dan melakukan pertemuan dengan Rasul,
ataukah sebaiknya dia tinggal saja di antara kabilahnya dengan menanggung
kegelisahan jiwa. Setelah beberapa saat duduk berpikir, akhirnya dia bangun
menjawab panggilan hatinya dan bergerak ke arah tentara
muslim.
Tentera muslim yang
sedang sibuk melakukan pengawasan, melihat sebuah sosok menghampiri dari
kejauhan. Penggembala itu datang kian mendekat. Dia melangkah dengan hati-hati
dan tangannya diangkat sebagai tanda menyerah. Dari kejauhan dia berteriak,
“Wahai sahabat, bersabarlah. Aku hanyalah seorang penggembala. Aku telah
meninggalkan kabilahku karena aku tertarik kepada agama kalian serta ingin
bertemu dengan nabi kalian. Bawalah aku menemuinya.”
Salah seorang dari
tentara muslim berkata, “Dapatkah kita percaya dengan kata-katanya?” Tentara
yang lain menjawab, “Tampaknya dia bukan seorang penipu.” Akhirnya tentara
muslim dengan penuh waspada menerima penggembala Yahudi itu dan berita mengenai
kedatangannya sampai kepada Rasulullah. Penggembala Yahudi itu memperhatikan
bahwa tentara muslim sedang berada dalam kekurangan makanan. Dia berpikir, bila
ia menjadi muslim, ia akan membawakan kambing-kambingnya untuk tentara muslim.
Ketika bertemu dengan
Rasulullah, penggembala itu amat terkesan dengan pandangan Rasulullah yang tajam
namun penuh kelembutan. Rasulullah SAWW berkata kepadanya, “Apa yang ingin
kausampaikan padaku, wahai anak muda?” Pengembala Yahudi menjawab, “telah lama
aku memikirkan agama kalian ini. Tuhan yang kalian sembah, adalah Tuhan yang
aku cari sejak kecil. Aku mendengar tentang agamamu sebagai agama persahabatan,
kasih sayang, persaudaraan dan persamaan. Mereka mengatakan bahwa Anda adalah
pembantu orang-orang mazlum dan musuh orang-orang zalim. Aku mendengar bahwa
engkau sedemikian pengasihnya sehinggakan semua orang yang tertindas merasakan
ketenangan dan ketenteraman dibawah naunganmu. Dari senyuman yang senantiasa
mengiringi kata-katamu, seolah-olah pada masa yang singkat ini, semua hakikat
itu telahku lihat dengan mataku sendiri.”
Ketika Rasulullah SAWW
melihat semangat dan gelora penggembala Yahudi itu, beliau paham bahwa hati anak
muda tersebut telah siap menerima rahmat Ilahi. Rasulullah menyampaikan hakikat
Islam kepada anak muda Yahudi itu dengan kalimat yang menarik dan penuh
kelemahlembutan. Saat itu juga, anak muda itu melafazkan dua kalimah syahadah
dan menjadi seorang muslim.
Kemudian, penggembala itu
berkata, “Wahai Rasulullah, tentaramu tidak mempunyai makanan yang cukup. Saat
ini, aku sedang menggembala kambing-kambing tuanku di sebuah padang rumput yang
tak jauh dari sini. Kini hubunganku dengan tuan pemilik kambing itu telah
terputus. Aku ingin membawa kambing-kambing itu untuk tentaramu agar mereka
tidak lagi kelaparan.” Rasulullah bangun berdiri dan dihadapan pandangan ratusan
tentera yang kelaparan, beliau menjawab, “Wahai anak muda, ketahuilah bahwa
dalam agama Islam khianat merupakan salah satu dari kesalahan yang besar.
Pergilah engkau ke kabilahmu dan kembalikan kambing-kambing itu kepada
pemiliknya.” Si penggembala muda merasa sungguh terpesona terhadap kesetiaan
Rasul kepada akhlak Islami. Dia menaati perintah Rasul itu dan kemudian
bergabung dengan barisan umat Islam.
kisah di atas amat baik
untuk kita teladani. Dan simaklah sebuah hadis Rasulullah, “Ada tiga hal yang
tidak boleh dilanggar oleh seorang muslim. Pertama, menepati janji kepada orang
lain, baik muslim atau kafir. Kedua, berbuat baik kepada ibu dan bapa, baik
mereka itu muslim ataupun kafir. Ketiga, memelihara amanah, baik pemberi amanah
itu muslim atau kafir.” Sampai berjumpa lagi. Wassalam wr wb.
0 komentar:
Posting Komentar